Thursday, June 22, 2006

Pesantren Penjara

BOGOR - Tak terasa air mata membasahi pipiku begitu para santri dan santriwati mendapatkan sertifikat kelulusan. Haru dan gembira bercampur jadi satu melihat mereka satu per satu menerima sertifikat dengan sukacita. Mereka menjadi bagian dari 52 santri dan santriwati yang hari ini Kamis (21/6) dinyatakan lulus membaca Al Qur'an oleh tim pengajar dari Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor.

Yang menarik dari acara kelulusan ini adalah para santrinya. Mereka bukan anak-anak TPA atau anak-anak sekolah. Tapi mereka adalah para narapidana dan tahanan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Paledang, Bogor. Ya memang sejak bulan April 2006, Lapas Paledang membuka program pesantren di kalangan para narapidana dan tahanan. Tentu saja sambutannya sangat antusias. Dari 1571 warga binaan (begitu orang-orang Lapas menyebut para narapidana dan tahanan) paling tidak 450 orang menjadi santri dan santriwati di lapas tersebut.



I Wayan Sukerta, Kepala Lapas Paledang, mengatakan bahwa dirinya ingin mengubah citra lapas yang selama ini cenderung menjadi tempat orang-orang terbuang dan tidak berguna. Makanya, ia bersama teman-teman dari lapas berinisiatif membuat pondok pesantren Al Hidayah. Tadinya ia skeptis program ini akan berhasil, apalagi persepsi orang tentang lapas kurang mendukung digulirkannya program tersebut. Tapi dengan keteguhan sikapnya ia tetap maju terus. Ia melihat di tengah-tengah warga binaan masih ada secercah harapan untuk berubah. Setitik harapan inilah yang ia manfaatkan untuk membuat pesantren. Apalagi ada beberapa orang dari warga binaan yang bisa diandalkan untuk diajak kerjasama.

Manfaatnya luar biasa. Dengan metode Abyan, seorang warga binaan yang tidak bisa baca tulis Al Qur'an sama sekali, langsung bisa membaca dan menulis sekalipun masih dalam tahap awal. Seorang santri bernama Dedi mengaku bahwa ketika dirinya masih diluar penjara tidak bisa membaca Al Qur'an apalagi menulis. Namun setelah ia menjadi santri selama 2 bulan, ia bisa membaca dan menulis. Penuturan ini dikemukakannya ketika ia didaulat teman-temannya untuk tampil kedepan mengemukakan kesan-kesannya selama mengikuti pesantren.

Alhasil jadilah pesantren di tengah-tengah penjara. Semoga tetap berlanjut program pesantren ini dan melahirkan para santri-santriwati yang berguna bagi bangsa dan masyarakat. Semoga juga mereka dapat mengamalkan ilmu yang didapatnya dan bisa dijadikan penopang hidup. [imngrh]

1 comment:

Anonymous said...

Wah tulisan kakak menggugah sekali! Insya Allah banyak manfaatnya buat kita umat Islam. Oya kak minta tolong nampil di 'Blogroll' kakak boleh ya? Ini alamat pesantren kami kak www.darunnajah-cipining.com/ Mampir ya kak? Silaturahmi gitu.. Sekaligus nostalgia hehe.. Syukran kaa!