tag:blogger.com,1999:blog-299782292024-03-07T16:19:53.604+07:00Catatan Pak ImanSelamat datang di blog pribadi Saya...Iman Nugrahahttp://www.blogger.com/profile/14765505336022409941noreply@blogger.comBlogger4125tag:blogger.com,1999:blog-29978229.post-62499463421918265972007-11-20T22:20:00.000+07:002015-05-28T16:16:02.740+07:00Bung Hatta Dan Kisah Sepatu Bally<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSNyBT-DfQPbASkroS_5KWx50rw1w9y4q4Nycxs25qByK1QiG2X55scnL7PeKZ05ZbbdchzUMdK4Wqzxi9g-QGg3lVPbWyiuxB5w1X7uICmv5ZeMzRFfWgHmPhxjU2UDS4iZZm/s1600/bhatta%252Bbally.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="163" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSNyBT-DfQPbASkroS_5KWx50rw1w9y4q4Nycxs25qByK1QiG2X55scnL7PeKZ05ZbbdchzUMdK4Wqzxi9g-QGg3lVPbWyiuxB5w1X7uICmv5ZeMzRFfWgHmPhxjU2UDS4iZZm/s320/bhatta%252Bbally.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bung Hatta dan sepatu Bally</td></tr>
</tbody></table>
PADA tahun 1950-an, <span style="font-style: italic;">Bally</span> adalah sebuah merek sepatu yang bermutu tinggi dan tentu tidak murah. Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, berminat pada sepatu Bally. Ia kemudian menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, lalu berusaha menabung agar bisa membeli sepatu idaman tersebut.<br />
<br />
Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi karena selalu terambil untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat dan handai taulan yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan. Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli karena tabungannya tak pernah mencukupi.<br />
<a name='more'></a><br />
<div class="fullpost">
<br />
<br />
Yang sangat mengharukan dari cerita ini, guntingan iklan sepatu Bally itu hingga Bung Hatta wafat masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana dari seorang Hatta. Jika ingin memanfaatkan posisinya waktu itu, sebenarnya sangatlah mudah bagi Bung Hatta untuk memperoleh sepatu Bally. Misalnya, dengan meminta tolong para duta besar atau pengusaha yang menjadi kenalan Bung Hatta.<br />
<br />
"Namun, di sinilah letak keistimewaan Bung Hatta. Ia tidak mau meminta sesuatu untuk kepentingan sendiri dari orang lain. Bung Hatta memilih jalan sukar dan lama, yang ternyata gagal karena ia lebih mendahulukan orang lain daripada kepentingannya sendiri," kata Adi Sasono, Ketua Pelaksana Peringatan Satu Abad Bung Hatta. Pendeknya, itulah keteladanan Bung Hatta, apalagi di tengah carut-marut zaman ini, dengan dana bantuan presiden, dana Badan Urusan Logistik, dan lain-lain.<br />
<br />
Bung Hatta meninggalkan teladan besar, yaitu sikap mendahulukan orang lain, sikap menahan diri dari meminta hibah, bersahaja, dan membatasi konsumsi pada kemampuan yang ada. Kalau belum mampu, harus berdisiplin dengan tidak berutang atau bergantung pada orang lain. Seandainya bangsa Indonesia dapat meneladani karakter mulia proklamator kemerdekaan ini, seandainya para pemimpin tidak maling, tidak mungkin bangsa dengan sumber alam yang melimpah ini menjadi bangsa terbelakang, melarat, dan nista karena tradisi berutang dan meminta sedekah dari orang asing. (*)<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Sumber: </span><br />
dari milis pksplus@yahoogroups.com</div>
</div>
Iman Nugrahahttp://www.blogger.com/profile/14765505336022409941noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-29978229.post-1151049190408477282006-06-23T14:30:00.000+07:002015-05-28T16:17:46.627+07:00Metode Abyan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
BOGOR - Selama ini kita banyak mengenal metode membaca Al Qur'an seperti <i>Qiroati</i>, <i>Al Barqi</i>. Namun ada satu metode yang cukup unik yang ditemukan oleh seorang ustadz bernama Umar Ash-Shidiq. Ustadz yang tinggal di kawasan Cemplang Baru, Bogor Barat, ini lebih senang menyebut temuannya dengan metode <i>Abyan</i>.<br />
<br />
Menurutnya, metode Abyan lebih unggul dibanding metode-metode membaca Al Qur'an yang selama ini ia pelajari. Karena tanpa persyaratan yang rumit seorang murid yang tidak mengerti huruf Al Qur'an, hanya dalam waktu dua jam sudah bisa membaca Al Qur'an. Berbekal selembar kertas yang berisi petunjuk metode tersebut, Ustadz Umar malang melintang mengajarkan temuannya. Hal ini sudah ia praktekkan dibanyak tempat dan terbukti berhasil. Bahkan katanya metode yang sama bisa digunakan bagi orang-orang yang ingin cepat bisa membaca kitab kuning (Arab gundul).<br />
<a name='more'></a><br />
<div class="fullpost">
<br />
<br />
Saat ditanya mengapa metodenya tidak dibukukan, ustadz Umar menjawab bahwa ia tidak ingin membebani pikiran muridnya dengan tebalnya buku yang harus dibaca dan dipelajari. Justru itu yang ia hindari. Muridnya harus fokus pada pelajaran bukan pada tebal dan banyaknya rumus yang harus dipelajari, imbuhnya.<br />
<br />
Ustadz yang mengaku sempat menyelami dunia hitam (preman) ini, saat ini sedang membangun sebuah pesantren khusus membaca Al Qur'an dan kitab-kitab klasik. Ia mengharapkan bantuan dari para muhsinin untuk merealisasikan cita-citanya tersebut. <span style="font-weight: bold;">[imngrh]</span></div>
</div>
Iman Nugrahahttp://www.blogger.com/profile/14765505336022409941noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-29978229.post-1150957185184899252006-06-22T13:05:00.000+07:002015-05-28T16:18:28.923+07:00Pesantren Penjara<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
BOGOR - Tak terasa air mata membasahi pipiku begitu para santri dan santriwati mendapatkan sertifikat kelulusan. Haru dan gembira bercampur jadi satu melihat mereka satu per satu menerima sertifikat dengan sukacita. Mereka menjadi bagian dari 52 santri dan santriwati yang hari ini Kamis (21/6) dinyatakan lulus membaca Al Qur'an oleh tim pengajar dari Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor.<br />
<br />
Yang menarik dari acara kelulusan ini adalah para santrinya. Mereka bukan anak-anak TPA atau anak-anak sekolah. Tapi mereka adalah para narapidana dan tahanan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Paledang, Bogor. Ya memang sejak bulan April 2006, Lapas Paledang membuka program pesantren di kalangan para narapidana dan tahanan. Tentu saja sambutannya sangat antusias. Dari 1571 warga binaan (begitu orang-orang Lapas menyebut para narapidana dan tahanan) paling tidak 450 orang menjadi santri dan santriwati di lapas tersebut.<br />
<a name='more'></a><br />
<div class="fullpost">
<br />
<br />
I Wayan Sukerta, Kepala Lapas Paledang, mengatakan bahwa dirinya ingin mengubah citra lapas yang selama ini cenderung menjadi tempat orang-orang terbuang dan tidak berguna. Makanya, ia bersama teman-teman dari lapas berinisiatif membuat pondok pesantren Al Hidayah. Tadinya ia skeptis program ini akan berhasil, apalagi persepsi orang tentang lapas kurang mendukung digulirkannya program tersebut. Tapi dengan keteguhan sikapnya ia tetap maju terus. Ia melihat di tengah-tengah warga binaan masih ada secercah harapan untuk berubah. Setitik harapan inilah yang ia manfaatkan untuk membuat pesantren. Apalagi ada beberapa orang dari warga binaan yang bisa diandalkan untuk diajak kerjasama.<br />
<br />
Manfaatnya luar biasa. Dengan metode Abyan, seorang warga binaan yang tidak bisa baca tulis Al Qur'an sama sekali, langsung bisa membaca dan menulis sekalipun masih dalam tahap awal. Seorang santri bernama Dedi mengaku bahwa ketika dirinya masih diluar penjara tidak bisa membaca Al Qur'an apalagi menulis. Namun setelah ia menjadi santri selama 2 bulan, ia bisa membaca dan menulis. Penuturan ini dikemukakannya ketika ia didaulat teman-temannya untuk tampil kedepan mengemukakan kesan-kesannya selama mengikuti pesantren.<br />
<br />
Alhasil jadilah pesantren di tengah-tengah penjara. Semoga tetap berlanjut program pesantren ini dan melahirkan para santri-santriwati yang berguna bagi bangsa dan masyarakat. Semoga juga mereka dapat mengamalkan ilmu yang didapatnya dan bisa dijadikan penopang hidup. <span style="font-weight: bold;">[imngrh]</span></div>
</div>
Iman Nugrahahttp://www.blogger.com/profile/14765505336022409941noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-29978229.post-1150799170541260342006-06-20T17:14:00.000+07:002015-05-28T16:19:01.150+07:00Rapat dan Rapat Lagi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
BOGOR - Nggak kebayang dalam pikiranku, ternyata jadi Anggota Dewan itu kerjanya cuma satu: Rapat dan rapat lagi.<br />
<br />
Setiap ketemu masalah, ujung-ujungnya cuma satu. Ya rapat itu. Duh sedih banget rasanya kalau semua masalah ujung-ujungnya hanya diselesaikan dengan rapat dan rapat lagi. Apa emang itu kerjaan Dewan?<br />
<a name='more'></a><br />
<div class="fullpost">
<br />
<br />
Emang sih kalau diliat dari tupoksinya dewan itu punya kerjaan paling tidak dalam tiga hal, yaitu: legislasi, penganggaran dan pengawasan. Legislasi ya ngerumusin permasalahan hingga jadi aturan. Penganggaran ya ngatak-ngatik uang yang keluar masuk sampe uang tersebut digunakan untuk program pembangunan apa saja. Dan pengawasan ya pastinya dah jelas ngawasin pelaksanaan pembangunan supaya tidak menyimpang dan salah urus.<br />
<br />
Tapi ya itu tadi...semua tugas dewan tadi biasanya ujung-ujungnya ada di rapat dan rapat lagi. Untuk buat aturan kita harus rapat panitia legislasi, rapat panitia khusus raperda, dan rapat evaluasi. Untuk ngurusin uang kita juga harus rapat panitia anggaran yang sangat bertele-tele dan bernginap-nginap. Belum lagi rapat panmus, pansus, Badan Kehormatan dan lain-lain.<br />
<br />
So, kayaknya dewan digaji buat rapat kali ya? Memang ada seloroh dari orang tentang kerjaan dewan: "Apa sih pekerjaan dewan?". dijawab olehku: "Ya, rapat!". <span style="font-weight: bold;">[imngrh]</span></div>
</div>
Iman Nugrahahttp://www.blogger.com/profile/14765505336022409941noreply@blogger.com1